Sabtu, 29 Desember 2012

Pola Natalitas Ikan Salmon dan Ikan Sidat



Migrasi atau yang lebih dikenal dengan ruaya merupakan suatu proses perpindahan ikan dari suatu tempat ke tempat lain yang memungkinkan ikan untuk hidup, tumbuh,  ataupun berkembangbiak. Ruaya ataupun migrasi ini biasanya dipengaruhi oleh faktor internal yaitu genetik atau insting, makanan, dan reproduksi serta faktor eksternalnya adalah temperature, salinitas dan predator. Lucas & Baras (2001) dalam jurnal Fahmi (2010) menyebutkan secara umum migrasi merupakan pergerakan suatu spesies pada stadia tertentu dalam jumlah banyak ke suatu wilayah. Ikan yang berangkat dan menuju suatu lokasi yang sama ataupun hampir sama dengan tempat lahirnya. Migrasi menuju tempat reproduksi umumnya dilakukan setiap tahun atau setiap musim pemijahan sedangkan migrasi yang dilakukan ikan yang masih kecil (juvenil) untuk mencari makanan dapat dilakukan berulangkali.
Ikan salmon merupakan ikan yang anadromus yaitu ikan yang beruaya dari perairan laut menuju ke perairan tawar. Ikan salmon dewasa banyak menghabiskan waktunya di perairan laut dan akan beruaya ke perairan tawar untuk melakukan pemijahan. Pemijahan ikan salmon ini terjadi pada musim dingin dan musim gugur di hulu sungai. Setelah pemijahan, larva ikan salmon akan kembali ke laut untuk mendapatkan makanan, tetapi perjalannya ke laut sangat tergantung pada ketersediaan makanan disekitarnya. Jones FRH (1970) dalam jurnal Fahmi (2010) menyatakan bahwa Salmon Atlantik baru akan migrasi setelah satu hingga enam tahun atau lebih lama dari Salmon Pasifik sekitar 2 – 3 tahun. Salmon Atlantik dapat melakukan pemijahan 2 – 3 kali ke perairan tawar sedangkan Salmon Pasifik hanya melakukan 1 kali setelah itu mati. Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa tingkat homing atau kemampuan ikan dewasa untuk kembali ke tempat asalnya, untuk kematangan gonad dan reproduksi pada beberapa jenis ikan salmon yaitu Salmon Oncorhynchus mykiss 94%, Salvelinus fontinalis 99,5% dan Salmotrutta 100%.
Ruaya atau migrasi lainnya adalah yang dilakukan oleh ikan Sidat (Anguilla anguilla). Ikan Sidat termasuk ikan yang katadromus yaitu ikan yang beruaya dari air tawar menuju air laut untuk melakukan pemijahan. Ruayanya juga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi proses migrasi ikan sidat adalah faktor genetik yaitu ekspresi genetic ikan tergantung ikan tergantung pada lingkungan dan stadia perkembangan ikan yang memberikan respon pada insting dan fisiologi ikan kecil untuk melakukan migrasi menuju ke area feeding ground  dan ikan dewasa oleh instingnya melakukan migrasi ke daerah pemijahan (spawning ground). Keseimbangan metabolik juga  merupakan faktor internal yang lain karena banyak ikan melakukan migrasi untuk mencari makan dalam hal pemenuhan isi lambungnya karena kelaparan dan berkaitan dengan keseimbangan metabolism. Pemijahan juga merupakan faktor internal ikan sidat melakukan migrasi.
Faktor eksternal yang mempengaruhi migrasi ikan sidat adalah terkait dengan intensitas cahaya. Ikan sidat sebagai ikan nokturnal tidak akan meninggalkan shelter hingga matahari tenggelam. Ikan sidat akan bergerak cepat menuju hulu pada malam hari karena aktivitas ikan sidat sangat dipengaruhi oleh cahaya bulan.
Selama proses migrasi ikan sidat dan ikan salmon akan melakukan upaya untuk mempertahankan hidup diantaranya adalah mengatur tekanan osmotik (osmoregulasi) dan metabolisme. Osmoregulasi adalah mekanisme atau aktivitas fisiologis hewan yang berkaitan dengan pengaturan konsentrasi ion dan volume cairan di dalam badan dan luar badan. Untuk mencapai kondisi isoosmotik maka ikan akan melakukan pengambilan dan pengeluaran ion dari dalam badan. Ikan migrasi memiliki toleransi yang luas terhadap perubahan salinitas. Ikan yang berada di air tawar mengalami hiperosmotik terhadap lingkungan. Untuk mencapai isoosmotik, ikan akan mengeluarkan ion-ion badan melalui urin dan akan minum banyak untuk mengatur volume cairan tubuh. Sebaliknya ikan laut mengalami hipoosmotik terhadap lingkungan. Setiap ikan yang melakukan migrasi akan menyimpan banyak energi saat melakukan ruaya ke tempat sumber makanan. Selanjutnya energi tersebut akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak untuk melakukan migrasi ke habitat lain seperti tempat pemijahan. Energi yang dikeluarkan ikan saat bermigrasi digunakan untuk berenang, osmoregulasi, dan respirasi.
Adaptasi yang dilakukan oleh ikan sidat untuk berkembangbiak dan mempertahankan hidupnya yaitu adaptasi bentuk badan ikan sidat pertama kali mulai terlihat pada fase leptocephalus, yaitu bentuk badan yang pipih menyerupai daun karena sangat penting dimiliki ikan yang akan melakukan migrasi secara pasif mengikuti pola arus., juga memiliki warna badab yang transparan sebagai upaya adaptasi terhadap serangan predator. Ikan sidat mulai mengalami metamorfosis pada saat memasuki perairan tawar yaitu bentuk badan berubah menjadi oval dan panjang. Bentuk ini memudahkannya untuk bergerak/berenang dengan cepat saat memasuki muara sungai dan melakukan tingkah laku meliang dalam lumpur dan kelenturan badannya digunakan untuk bersembunyi di balik batu untuk menghindari serangan predator. Mata ikan sidat akan beradaptasi saat memasuki perairan laut dalam karena komposisi sel retina akan mengalami perubahan/menyesuaikan intensitas cahaya. Pembesaran mata ikan sidat mencapai empat kali lipat ukuran normal yaitu untuk meningkatkan kemampuan melihat karena lingkungan perairan sudah mulai gelap.



Sumber : Jurnal Phenotypic plasticity kunci sukses adaptasi ikan migrasi : studi kasus ikan Sidat (Anguilla sp.) oleh Melta Rini Fahmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar