Migrasi atau yang lebih dikenal dengan ruaya merupakan suatu
proses perpindahan ikan dari suatu tempat ke tempat lain yang memungkinkan ikan
untuk hidup, tumbuh, ataupun
berkembangbiak. Ruaya ataupun migrasi ini biasanya dipengaruhi oleh faktor
internal yaitu genetik atau insting,
makanan, dan reproduksi serta faktor eksternalnya adalah temperature, salinitas
dan predator. Lucas & Baras (2001) dalam
jurnal Fahmi (2010) menyebutkan secara umum migrasi merupakan pergerakan
suatu spesies pada stadia tertentu dalam jumlah banyak ke suatu wilayah. Ikan
yang berangkat dan menuju suatu lokasi yang sama ataupun hampir sama dengan
tempat lahirnya. Migrasi menuju tempat reproduksi umumnya dilakukan setiap
tahun atau setiap musim pemijahan sedangkan migrasi yang dilakukan ikan yang
masih kecil (juvenil) untuk mencari makanan dapat dilakukan berulangkali.
Ikan salmon merupakan ikan yang anadromus yaitu ikan yang
beruaya dari perairan laut menuju ke perairan tawar. Ikan salmon dewasa banyak
menghabiskan waktunya di perairan laut dan akan beruaya ke perairan tawar untuk
melakukan pemijahan. Pemijahan ikan salmon ini terjadi pada musim dingin dan
musim gugur di hulu sungai. Setelah pemijahan, larva ikan salmon akan kembali
ke laut untuk mendapatkan makanan, tetapi perjalannya ke laut sangat tergantung
pada ketersediaan makanan disekitarnya. Jones FRH (1970) dalam jurnal Fahmi (2010) menyatakan bahwa Salmon Atlantik baru
akan migrasi setelah satu hingga enam tahun atau lebih lama dari Salmon Pasifik
sekitar 2 – 3 tahun. Salmon Atlantik dapat melakukan pemijahan 2 – 3 kali ke
perairan tawar sedangkan Salmon Pasifik hanya melakukan 1 kali setelah itu
mati. Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa tingkat homing atau kemampuan ikan dewasa untuk kembali ke tempat asalnya,
untuk kematangan gonad dan reproduksi pada beberapa jenis ikan salmon yaitu
Salmon Oncorhynchus mykiss 94%, Salvelinus fontinalis 99,5% dan Salmotrutta 100%.
Ruaya atau migrasi lainnya adalah yang dilakukan oleh ikan Sidat
(Anguilla anguilla). Ikan Sidat
termasuk ikan yang katadromus yaitu ikan yang beruaya dari air tawar menuju air
laut untuk melakukan pemijahan. Ruayanya juga dipengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi proses migrasi ikan sidat
adalah faktor genetik yaitu ekspresi genetic ikan tergantung ikan tergantung
pada lingkungan dan stadia perkembangan ikan yang memberikan respon pada insting dan fisiologi ikan kecil untuk
melakukan migrasi menuju ke area feeding
ground dan ikan dewasa oleh
instingnya melakukan migrasi ke daerah pemijahan (spawning ground). Keseimbangan metabolik juga merupakan faktor internal yang lain karena
banyak ikan melakukan migrasi untuk mencari makan dalam hal pemenuhan isi
lambungnya karena kelaparan dan berkaitan dengan keseimbangan metabolism.
Pemijahan juga merupakan faktor internal ikan sidat melakukan migrasi.
Faktor eksternal yang mempengaruhi migrasi ikan sidat adalah
terkait dengan intensitas cahaya. Ikan sidat sebagai ikan nokturnal tidak akan
meninggalkan shelter hingga matahari
tenggelam. Ikan sidat akan bergerak cepat menuju hulu pada malam hari karena
aktivitas ikan sidat sangat dipengaruhi oleh cahaya bulan.
Selama proses migrasi ikan sidat dan ikan salmon akan
melakukan upaya untuk mempertahankan hidup diantaranya adalah mengatur tekanan
osmotik (osmoregulasi) dan metabolisme. Osmoregulasi adalah mekanisme atau
aktivitas fisiologis hewan yang berkaitan dengan pengaturan konsentrasi ion dan
volume cairan di dalam badan dan luar badan. Untuk mencapai kondisi isoosmotik
maka ikan akan melakukan pengambilan dan pengeluaran ion dari dalam badan. Ikan
migrasi memiliki toleransi yang luas terhadap perubahan salinitas. Ikan yang
berada di air tawar mengalami hiperosmotik terhadap lingkungan. Untuk mencapai
isoosmotik, ikan akan mengeluarkan ion-ion badan melalui urin dan akan minum
banyak untuk mengatur volume cairan tubuh. Sebaliknya ikan laut mengalami
hipoosmotik terhadap lingkungan. Setiap ikan yang melakukan migrasi akan
menyimpan banyak energi saat melakukan ruaya ke tempat sumber makanan.
Selanjutnya energi tersebut akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak untuk
melakukan migrasi ke habitat lain seperti tempat pemijahan. Energi yang
dikeluarkan ikan saat bermigrasi digunakan untuk berenang, osmoregulasi, dan
respirasi.
Adaptasi yang dilakukan oleh ikan sidat untuk berkembangbiak
dan mempertahankan hidupnya yaitu adaptasi bentuk badan ikan sidat pertama kali
mulai terlihat pada fase leptocephalus,
yaitu bentuk badan yang pipih menyerupai daun karena sangat penting dimiliki
ikan yang akan melakukan migrasi secara pasif mengikuti pola arus., juga
memiliki warna badab yang transparan sebagai upaya adaptasi terhadap serangan
predator. Ikan sidat mulai mengalami metamorfosis pada saat memasuki perairan
tawar yaitu bentuk badan berubah menjadi oval dan panjang. Bentuk ini
memudahkannya untuk bergerak/berenang dengan cepat saat memasuki muara sungai
dan melakukan tingkah laku meliang dalam lumpur dan kelenturan badannya
digunakan untuk bersembunyi di balik batu untuk menghindari serangan predator. Mata
ikan sidat akan beradaptasi saat memasuki perairan laut dalam karena komposisi
sel retina akan mengalami perubahan/menyesuaikan intensitas cahaya. Pembesaran
mata ikan sidat mencapai empat kali lipat ukuran normal yaitu untuk
meningkatkan kemampuan melihat karena lingkungan perairan sudah mulai gelap.
Sumber
: Jurnal Phenotypic plasticity kunci
sukses adaptasi ikan migrasi : studi kasus ikan Sidat (Anguilla sp.) oleh Melta Rini Fahmi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar